Resiko
Kamu. Awal dari semua rasa sakitku. Permulaan yang berlangsung begitu indah. Berjalan mengesankan. Sampai - sampai aku lupa siapa aku dan siapa kamu.
Makin kesini, kamu menganggapnya sebagai hal yang biasa. Tapi aku, selalu menjadikan kebersamaan kita sebagai hal yang istimewa. Hal yang ku haruskan indah pada akhirnya, tapi berubah menyedihkan setelah kamu bawa 'dia'.
Diam - diam, aku menempatkan rasa sukaku pada orang yang salah, kamu. Orang yang kufikir konsisten dengan perasaannya. Orang yang selalu ku perlakukan dengan hati - hati, tapi justru menghempaskan perandaianku dengan sengaja.
Dipertemuan bodoh kita, kamu adalah manusia yang ku anggap beda dengan segala kegilaanmu. Kebodohan yang terasa begitu nikmat saat dan setelah hal itu berlalu, kemudian menempel keras dalam otakku.
Tapi.
Kamu kembali asing dalam penglihatanku, sekarang. Tidak pernah mau tau apa yang aku rasakan. Muncul dan hilang sesuka yang kamu mau. Lalu kembali saat kamu butuh bantuan dan kamu perlu orang lain saat kamu kesepian.
Aku mundur pelan - pelan, karena kenyataannya kamu lebih pilih untuk menomor duakan aku dan menaruh orang lain satu langkah di depanku. Aku bisa saja tersenyum pura - pura ketika dan setelah melihatmu bersama orang lain. Ku sembunyikan rasa sakitnya sebisa mungkin. Bahwa aku cukup bahagia hanya karena hal kecil: melihat kamu tertawa meski dengan orang lain.
Makin kesini, kamu menganggapnya sebagai hal yang biasa. Tapi aku, selalu menjadikan kebersamaan kita sebagai hal yang istimewa. Hal yang ku haruskan indah pada akhirnya, tapi berubah menyedihkan setelah kamu bawa 'dia'.
Diam - diam, aku menempatkan rasa sukaku pada orang yang salah, kamu. Orang yang kufikir konsisten dengan perasaannya. Orang yang selalu ku perlakukan dengan hati - hati, tapi justru menghempaskan perandaianku dengan sengaja.
Dipertemuan bodoh kita, kamu adalah manusia yang ku anggap beda dengan segala kegilaanmu. Kebodohan yang terasa begitu nikmat saat dan setelah hal itu berlalu, kemudian menempel keras dalam otakku.
Tapi.
Kamu kembali asing dalam penglihatanku, sekarang. Tidak pernah mau tau apa yang aku rasakan. Muncul dan hilang sesuka yang kamu mau. Lalu kembali saat kamu butuh bantuan dan kamu perlu orang lain saat kamu kesepian.
Aku mundur pelan - pelan, karena kenyataannya kamu lebih pilih untuk menomor duakan aku dan menaruh orang lain satu langkah di depanku. Aku bisa saja tersenyum pura - pura ketika dan setelah melihatmu bersama orang lain. Ku sembunyikan rasa sakitnya sebisa mungkin. Bahwa aku cukup bahagia hanya karena hal kecil: melihat kamu tertawa meski dengan orang lain.
Sedih bacanya :'( , ga nyangka orang ini pernah galau juga :D haha
ReplyDelete