Suka Duka Jadi Pelajar

Buat gue, menjadi pelajar adalah sebuah tugas, bukan karena setiap hari dapet tugas dari ibu dan bapak guru ya, tapi status yang dipercayai orang tua buat kita emban kurang lebih selama 12 tahun. SD-SMP-SMA, selama itu pula kita dituntut buat betah berlama-lama ditempat yang bisa dibilang rumah kedua kita, yap.. sekolah. Gedung beserta isinya, jadi saksi bisu perjuangan kita yang ternyata belum ada apa-apanya, kadang rasa malas yang selalu dateng dimomen yang gak pas. Kadang ngantuk yang susah ditahan muncul dijam ‘nyaris’ pulang dengan ditandai uapan lebar yang keluar dari mulut seorang pelajar. Meja kursi yang setiap hari kita temui, 2 benda ini bisa dibilang udah jadi hak milik sipelajar, ditambah denah tempat duduk yang kadang jadi persoaalan pada saat tahun ajaran baru dimulai.

Suka duka jadi pelajar ~~~ terlalu panjang bila dijabarkan..

Status sebagai seorang pelajar sudah kita lakukan serah terima jabatannya dikelas satu dulu, Satu ESDE. Dulu muka kita yang masih unyu, lugu, manis asam asin ala nano-nano gitu, tiba-tiba terdampar ditengah-tengah sekumpulan teman baru yang punya segudang karakter berbeda. Berteman dan menjalin persahabatan.

Lucunya, zaman SD adalah masa dimana kata ‘marahan’ menjadi kata paling tidak asing lagi ditelinga kita, terlebih dikalangan cewek. Gue termasuk orang yang lebih suka ngejauh dengan kata-kata itu, tapi sejauh apapun gue jauhin, pada akhirnya bakal ketemu juga. Anak cewek cenderung sensitif sama keadaan sekitar *apasih*, apalagi dulu masih polos dan gak ngerti apa-apa serta ga salah dan gak berdosa, siAnu/siIni yang punya masalah, gara-gara pas istirahat jajan bareng, jajan bareng doang, eh kena imbas dimusuhin juga.

Status sebagai seorang pelajar mulai terasa berat waktu kita naik tingkat menjadi Pelajar ESEMPE. Beban alias bawaan perang (buku-buku) juga makin banyak dan beragam, buku cetak  keliatan makin tebel dari ukuran biasanya, waktu disekolah dasar . Kalau sebelumnya diSD pelajaran dalam sehari paling banyak cuma3-4, diSMP bisa sampe 5 bahkan 6 pelajaran dalam sehari. Dimasa ini, masa dimana kita diberi gelar tambahan, ‘ABG’ alias Anak Baru Gede. Mulai kenal yang namanya suka-sukaan, suka boongan, suka beneran. Ditambah para anak cowok yang tadinya bandel, berubah jadi makin bandel. Para cewek yang katanya gaul kalo punya genk. Ini dan itu yang bakal makan kosa kata kalau ditulis semuanya..

Sekarang. Fase dimana kita musti, kudu, wajibe, belajar buat jadi lebih dewasa. ESEMA! Sebutan ABG berubah jadi De Wa Sa. “sekarang kamu udah bukan anak kecil lagi, kamu udah dewasa” guru BK pun menjelaskan panjang kali lebar sama dengan lega, diawal masuk SMA.  Dimasa putih abu abu terlihat jelas apa itu senioritas, cyber bullying, dan semacamnya.

Hm.. sukanya jadi pelajar adalah, terlalu banyak hal absurd yang secara gak sadar bikin kita jadi orang paling freak sejagad raya, kejadian malu-maluin yang berulang kali kita alamin, adanya solidaritas yang bikin kita makin kompak, meskipun kompaknya gak selalu dijalur yang bener.

Duka yang gue rasain selama jadi pelajar, gue ngerasa kalau waktu dirumah jadi berkurang karena jam sekolah yang terlalu lama, dimulai dari pagi buta dan berakhir sore. Belum lagi PR yang kadang gak kira kira banyaknya, dan bukan cuma satu guru aja yang ngasih PR banyak, mungkin 2-3-4-5 dan seterusnya hahah, guru yang ngadain ulangan dadakan padahal materi belum sepenuhnya sampai keotak muridnya.. dan lingkungan yang mengkotak-kotakan, antara yang bisa dan yang gak bisa, yang gaul dan yang culun, dan semacamnya.

Jadi pelajar adalah status yang udah kecetak resmi di KTP kita, Kartu Tanda Pelajar. Jadi, jalanilah kewajiban kita apa adanya, gak perlu berlebihan buat dapet perhatian sekitar,juga  jangan terlalu asik dengan eksperimen negatif dihidup kita, karena kalau terlalu asik, bisa-bisa kebablasan dan justru bakal nambahin problem baru. Sekian. Daggggh!~~~( ‘o’)/’

Comments

Popular posts from this blog

Hidup

PKL (Hari Terakhir)

Biodata Paling Gaul